Skip to main content

Musisi dan Politisi.
Saya bukan musisi apalagi politisi.
Saya hanya berpikir kenapa para musisi senior yang dulunya berkoar melawan pemerintah tidak mau masuk politik. Menurut otak sengklek saya mereka sudah punya cukup modal untuk kesana. Mereka mengkritik dibawah rezim kejam, mereka menyuarakan keresahan masyarakat lewat karyanya, mereka berani melawan disaat banyak pihak yang takut untuk melawan. Yang menyedihkan adalah para musisi yang lebih banyak bicara cinta tiba tiba di hari tuanya masuk politik. Mental mereka masih sama, apa yang dilakukan untuk HIBURAN, mungkin mereka lupa kalau panggung “politik” bukan panggung yang dibelakangnya ada sound system, ada operator dan EO yang menjaga keberlangsungan acara, padahal panggung politik adalah panggung dimana sound systemnya adalah sifat, perbuatan, perilaku yang jujur, operator dan EOnya adalah para timses timses mereka.
Walaupun kedua panggung tersebut itu memiliki persamaan yaitu memuaskan para audience yang hadir pada musisi mereka adalah penonton, fans dan politik mereka adalah rakyat. Tapi apa mereka sadar cara dan akibatnya yg ditimbulkan berbeda. Saya tidak menyalahkan mereka para musisi yang tidak keras pada pemerintah saat itu untuk tidak masuk politik, saya hanya menyayangkan kenapa mereka yang dulu keras pada pemerintah justru tidak “berani” terjun langsung ke politik. Alangkah indahnya apabila apa yang dibicarakan, dijuangkan pada karya mereka saat itu terealisasikan.

Comments

Popular posts from this blog

Cerpen: Love is Blind

Disuatu negeri terdapat sebuah kerajaan yg rajanya amat adil dan bijaksana. Akan tetapi raja tersebut sedang sekarat dan menginginkan anak laki-laki semata wayangnya untuk menikah. Ketika mendekati ajal, sang raja akhirnya menemukan wanita yg tepat untuk menikah dengan anaknya. Singkat cerita menikahlah anak raja dengan wanita itu dan raja pun meninggal beberapa hari setelahnya.                    Kematian sang raja secara otomatis membuat sang pangeran naik takhta menjadi raja. Kerajaan pada saat itu mengalami masa yg sulit, disatu sisi mereka bergembira karena pernikahan sang pangeran, dilain sisi berkabung atas kematian raja yg adil.             Semua berjalan dengan sempurna sampai ternyata sang istri raja muda tersebut memiliki niat buruk kepadanya. Wanita tersebut ternyata menikah dengan sang raja karena keterpaksaan. Dia terpaksa menikah karena waktu itu orang tuanya miskin dan menginginkan anaknya dinikah kan, terlebih itu adalah permintaan sang raja. Ternyata wanita ters

RAMA: Siapa?

                       Ari dengan tampang ketakutannya langsung ngebut menuju gerbang sekolah. Jarak dari parkiran ke gerbang itu sekitar 100meter. Gue sepertinya ga akan cerita yg barusan gue liat, yg ada dia malah gaberani parkir disitu lagi. Setidaknya untuk waktu dekat.             “misi pak!”. Kami menyapa pak satpam yg tadi nyamperin gue di mushola dan dibalas dengan senyum oleh pak satpam.             Gue ngeliat sepertinya Ari sudah mulai tenang. Motor melaju ke rumah Ari tapi sebelumnya kami ke mini market dulu untuk beli cemilan. Lalu diperjalanan setelah dari mini market Ari tiba tiba ngomong                 “tadi lu ga liat apa-apa ram?”.             “ya menurut lu aja ri, yekali gua ga liat”. Jawab gue yg merasa seakan Ari bertanya seperti lupa kalo gue punya kemampuan buat berinteraksi.             “liat apaan aja lu ram? Monyet yg diceritain pak Nanto lu liat ga? Tampangnya kayak gimana?”. Ari terlihat   penasaran.             “mulai kayak A

RAMA: Halte Hujan

            “terus-terus lu udah ngobrol lagi sama dia?”. Tanya mas Rio dengan semangat sambil mengunyah chicken wingsnya.             “belom lah mas, baru   ketemu sekali tadi siang”. Jawab gue. Gue sama mas Rio lagi ngomongin cewe cantik yg tabrakan sama gue tadi siang, Nadya. Dia keliatan excited banget karena mungkin ini pertama kalinya gue cerita tentang cewe ke dia.             “pokoknya gue gamau tau besok cewe pertama yg lu gonceng pake motor baru lu harus dia!”. Mas Rio merintah gue seenaknya macam gue anak buahnya.             “lah mas baru sekali kenalan masa tiba-tiba udah ngajak bareng, lagian kayaknya sulit deketinnya, udah banyak yg ngincer, primadona baru dia disekolah”. Jawab gue             “nah ini nih, mental begini yg bikin lu ga bisa masuk tentara, belom perang udah mundur duluan”. Jawab mas Rio yg sudah selesai porsi pertama makananya dan lanjut porsi kedua.             “yah iya sih mas, tapi gimana, masih ga berani gue”. Jawab gue dengan lesu.